Selasa, 22 Oktober 2013

Selasa, 19 Juli 2011

Curug-Jatiwaringin-Pondok Gede 04-03-2011

Assalamualaikum Wr.Wb..abang-abang, ncang-ncing, nyak babeh...lagi-lagi penulis mengupload hasil pengarakan/sambut palang pintu betawi di Curug-Jatiwaringin Pondok Gede. Dalam hal ini penulis ingin menunjukan bahwa Kebudayaan Betawi yg satu ini masih ada dan tak akan hilang di INDONESIA, dan suatu kebanggaan pula PS. Cahaya Pusaka Putra Betawi masih eksis dan masih mengembangkan serta mengajarkan dalam hal ini SILAT BETAWI, yang mana SILAT BETAWI/SILAT INDONESIA pada umumnya sangat kurang sekali diminati dan disukai oleh Anak Muda INDONESIA saat ini, bahkan ANAK MUDA sekarang banyak yang enggan dan malu mempelajari SENI/KEBUDAYAAN SILAT INDONESIA khususnya SILAT BETAWI ini. Namun dari itu perkembangan saat ini cukup cepat bahwa anak-anak muda indonesia sudah mau mempelajari budaya dan khususnya seni silat betawi. Penulis berharap agar dengan adanya Blog www.cahayapusakaputrabetawi.co.cc ini dapat menjadi wadah dan semangat bagi teman-teman PS. Cahaya Pusaka Putra Betawi dan bagi teman-teman Pencak Silat yang lainnya. Akhirul Kalam Wassalamualikum Wr.Wb.

Jakarta, 20 Juli 2011
By. Abhi Daryan



Minggu, 08 Mei 2011

Maen Poekoelan


Minggu, 01 Mei 2011

Manfaat Olahraga Beladiri Pencak Silat Bagi Kesehatan


Manfaat Belajar Silat

Judul di atas pernah menjadi pertanyaan yang dilontarkan seorang remaja putri kepada seorang tokoh silat nasional kita. Saya merasa tertarik untuk menjawab pertanyaan tersebut, akan tetapi baru sekarang berhasil menyusunnya dalam bentuk artikel.

Tidak saja bagi para remaja yang sedang mengalami perubahan jasmani dan rohani yang pesat, melainkan bagi semua golongan usia termasuk orang-orang tua, belajar silat mendatangkan manfaat yang besar, minimal untuk memelihara kesehatan dan kesegaran jasmani.

Demikian pula dalam penggunaan dan penerapannya, beladiri tidak selalu digunakan untuk menjaga diri dalam suatu perkelahian, karena di jaman sekarang tidak semua orang suka berkelahi. Akan tetapi beladiri silat berguna pula untuk hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kita sehari-hari di rumah. Contohnya : Apabila kamu menguasai silat, kamu tidak akan terjatuh dengan parah bila terpeleset. Mungkin saja kamu terjatuh, akan tetapi karena refleks hasil latihan sehari-hari, kamu mampu menolong dirimu sendiri pada saat yang tepat. Berikut ini kita coba untuk menganalisa segala manfaat belajar beladiri silat.

Silat sebagai Olahraga

Sebagai salah satu cabang olahraga pada umumnya dan beladiri khususnya, beladiri silat merupakan rangkaian dari gerakan-gerakan badan menurut sistem dan metoda tertentu.

Telah kita ketahui bersama olahraga adalah salah satu cara terbaik untuk memelihara kesehatan jasmani. Silat sebagai salah satu alat berolahraga pun memiliki cara-cara khusus dalam membina kesehatan jasmani. Dengan melakukan teknik tertentu, selain gerakan pemanasan pada umumnya yang ada pada tiap cabang olahraga, silat melatih otot-otot. Demikian pula dengan cara tertentu, silat melatihmu menjadi lebih peka pendengaran dan lebih awas penglihatan, bila dibanding dengan cabang olah raga lain. Selanjutnya, dengan gerakan dan teknik-teknik tertentu pula kamu bisa melatih otot-otot leher serta persendiran tubuh.

Untuk menguatkan alat-alat dalam tubuh kita, termasuk bagaimana cara menambah kesehatan jantung dan paru-paru, kamu akan dilatih pernapasan. Jadi, khusus bagi alat-alat tubuh kita bagian dalam, bukan hanya gerakan tubuh yang menguatkannya, melainkan (dan terutama sekali) latihan bernapas khusus yang baik. Tentu saja hal ini dilatih secara bertahap, tetapi semakin meningkat. Dalam silat ada tahap-tahap tertentu, di mana diajarkan hal-hal yang berhubungan dengan pernapasan tersebut.

Pengertian tentang latihan-latihan yang dapat menguatkan otot-otot, janganlah diarti kan sebagai latihan untuk membesarkan otot. Otot yang kuat tidaklah berarti sama dengan otot yang besar, atau sebaliknya, otot yang besar belum bisa diartikan otot yang mengandung tenaga besar dan kuat. Teknik-teknik tertentu di dalam beladiri silat yang melatih kecepatan dan kelincahan tubuh, jarang sekali membuat otot seseorang menjadi bertonjolan. Bahkan, makin sempurna dan tinggi teknik silat seseorang (termasuk ilmu pernapasan nya), makin sulit orang awam menebaknya sebagai seorang yang ber “isi”. Selain itu, makin sulit pula orang mengira kita menguasai beladiri. Mengapa demikian?! Justru karena otot-otot kita yang tidak tampak menonjol !

Oleh sebab itu, diharapkan kalian terutama remaja putri tidak apriori, bahwa kalau kita belajar silat kelak jadi “kayak cowok”. Contoh remaja putri yang menguasai beladiri silat tapi tak tampak dari luar itu, ialah Anne Rufaidah, gadis Bandung yang pernah menyandang gelar Puteri Remaja Indonesia 1980. Ia salah seorang gadis remaja (waktu itu) yang diam-diam memiliki “kekuatan terpendam”. Dan banyak lagi remaja putri seperti Anne yang tidak berotot layaknya binaragawan. Ia justru nampak halus dan luwes sebagai gadis remaja biasa.

“Akh, buat apa capek-capek!” mungkin demikian pula komentar kalianm, akan tetapi soal capek kiranya apa saja yang menjadi pekerjaan kita yang dilakukan dengan sungguh-sungguh akan menyebabkan kita capek secara fisik, namun tidak secara psikhis. Mengingat tujuannya yang baik, apalagi bila dilakukan dengan gembira, soal capek dapat diatasi dan boleh diabaikan.

Silat sebagai Seni Beladiri Yang Bermutu

Pengertian seni beladiri di sini jangan diasosiasikan dengan seni tari. Walau pun antara keduanya ada persamaan, yakni sama-sama mengandung unsur keindahan gerak dari seluruh tubuh yang harmonis. Kesenian itu menggugah kehalusan dan kepekaan jiwa seseorang. Lalu di manakah letak seninya Silat? Dalam silat yang nyeni bukan saja karena segi miripnya kepada Tarian (dengan adanya kembangan), akan tetapi dilihat dari segi harmonisnya gerakan-gerakan silat itu sendiri. Keselarasan gerakan tubuh dan anggota tubuh pesilat yang menyentuh hati si penonton, menimbulkan rasa kagum orang yang memandang.

Hal ini dapat dilihat para rangkaian gerak yang disebut dengan JURUS dalam Pencak Silat dan Karate (Kata). Jadi, bukan saja keluwesan geraknya yang dianggap “nyeni”, melainkan juga saat pesilat mengerahkan tenaganya, saat ia menampilkan kelincahan dan kegesitannya. Bagaimana ia menyesuaikan irama gerakan-gerakannya, seperti : bagaimana ia memperlambat gerakan-gerakannya pada saat ia melakukan “sikap-sikap” tertentu, bagaimana ia mempercepat gerakan-gerakannya waktu ia menyerang dengan tangan dan kakinya, serta bagaimana pula ia memperagakan gerakan- gerakan menghindar dengan lincah dan ringan.

Dalam Pencak Silat, baik yang berasal dari Jawa Barat (Ibingan), Jawa Tengah maupun dari Tanah Minang, tampak adanya penggabungan seni tari daerah masing-masing dengan tipu-tipu Pencak Silat, sehingga kita lihat “Kembangan” atau “Ibingan” tadi agak mirip dengan tarian-tarian daerah tersebut di atas (Ingat Jaipongan!). Konon, penyamaran beladiri silat ke dalam seni tari daerah, merupakan suatu upaya para Pendekar di jaman penjajahan untuk melestarikan beladiri silat yang diwarisi dari para guru dan leluhurnya.

Manakah yang disebut “Jurus” atau “Kembangan” itu? Kedua istilah itu merupakan rangkaian gerakan-gerakan beladiri yang disusun sesuai dengan aturan dari aliran atau perguruan silat yang menyusunnya. Di dalamnya tercakup gerakan-gerakan menyerang, menghindar maupun bersikap sesuai dengan ajaran-ajaran perguruan silat masing-masing.

“Seni” ini bagi setiap orang tidaklah sama keindahannya, sebagaimana tidak setiap orang punya penghargaan yang sama terhadap lagu-lagu klasik, pop, rap atau dangdut misalnya.

Silat sebagai Alat Bela Diri

Silat sebagai alat bela diri merupakan pengetahuan yang bermutu tinggi. Silat tidak terbatas, baik dalam melakukan serangan, maupun tangkisan. Dari kepala, bahu, siku, lengan, tapak tangan, jari tangan, punggung, pinggang, pantat, paha, lutut, tulang kering, mata kaki, tumit, jari kaki semuanya mendapat jatah latihan secara khusus. Dari ujung kepala sampai dengan ujung kaki dapat digunakan sebagai senjata terdekat dan ampuh. Menurut para ahli, air liur dan rambut pun bisa dipakai sebagai alat bela diri yang efektif.

Silat berusaha memenuhi tuntutan : “Menyerang semaksimal mungkin dengan resiko sekecil mungkin bagi diri sendiri” (bandingkan dengan Ilmu Ekonomi). Singkatnya, dengan apa yang ada kita gunakan untuk membela diri, jadi harus praktis dan ekonomis !

Seorang pesilat diajar dan dilatih menggunakan senjata. Ia harus mengerti sifat-sifat senjata yang paling sederhana, seperti : Pisau, Pedang, Golok dan Toya (istilah silat untuk tongkat panjang yang disesuaikan dengan tinggi pesilat). Kemudian ia pun diberi pengetahuan tentang senjata-senjata lain. Dari sinilah seorang pesilat mengembangkan pengetahuannya tentang senjata. Mana yang sesuai buat dirinya, serta benda-benda apa saja yang dapat digunakan sebagai senjata saat ia terdesak. Contoh benda-benda yang dapat digunakan sebagai senjata, adalah tas, pasir, penggaris, pensil, sapu tangan, ikat pinggang, bahkan baju atau jacket pun atau buku dapat dipergunakan sebagai senjata “rahasia”.

Silat sebagai Alat Untuk Belajar Menguasai Diri

Umumnya, ilmu beladiri yang baik, mendidik murid-muridnya sanggup menguasai diri, menguasai emosinya. Demikian pula silat. Tak heranlah kita membaca atau mendengar ungkapan “Kalahkan dulu dirimu, sebelum mengalahkan orang lain” atau motto dari beladiri Kempo “Kasih sayang tanpa kekuatan adalah kelemahan, kekuatan tanpa kasih sayang adalah kezaliman”. Semua itu menunjukkan pentingnya belajar menguasai diri. Pesilat dilarang untuk bertindak sewenang-wenang. Secara bertahap ia dilatih menguasai hawa nafsunya, karena memang yang paling sulit adalah bagaimana mengajar seseorang mampu menguasai dirinya.

Pesilat yang baik, harus sanggup mengalah kepada lawannya yang nyata-nyata jauh lebih unggul baik teknik dan prestasinya. Ia pantang melayani nafsunya untuk menang dengan berlaku curang! Ia harus berani mengakui kelebihan lawan dan melihat kekurangan dirinya.

Sifat-sifat baik yang diperolehnya dalam mempelajari beladiri silat, diharapkan tidak hanya berlaku di perguruannya saja, melainkan harus dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Semua itu membentuk rasa percaya diri yang tebal dan kepribadian kuat, sehingga segala tekanan dari luar dapat dihadapinya dengan tabah, rendah hati dan damai.

Seorang ahli beladiri yang baik memiliki perasaan yang halus dan rasa perikemanusiaan tinggi. Ia tidak enggan untuk memaafkan seseorang yang telah mengakui dan menyadari kesalahannya.

Silat sebagai Alat Untuk Mengasah Kecerdasan

Di sekolah dasar kita diajar berhitung/matematik, di sekolah lanjutan pertama dan sekolah lanjutan atas kita dilatih untuk berpikir lebih kritis, kemudian di perguruan tinggi kita diajar dan dilatih tentang hubungan-hubungan dalam suatu sistem/keseluruhan. Dalam belajar Silat, kita pun diajar dan dilatih berpikir kritis. Tetapi dengan cara yang khas silat. Kita harus memperhitungkan secara matang gerak-gerik lawan dan menjawab serangan lawan dengan reaksi yang cepat dan tepat. Sebab bila kita terlambat sedikit saja, akan fatal akibatnya bagi kita.

Ada beberapa persamaan antara belajar ilmu gaya dan belajar silat. Dalam silat kita memiliki rumus-rumus tertentu untuk menghindar, menyerang atau membalas suatu serangan, sehingga gerakan kita menjadi efektif dan efisien. Ada momen-momen dalam ilmu gaya yang dapat diterapkan dalam ilmu silat. Misalnya, bagaimana kita dapat menghindari serangan berupa pukulan dan tendangan yang lintasannya seperti lingkaran, sehingga kita berada di luar garis singgung lingkaran tersebut. Atau bagaimana kita menghindari serangan yang lintasannya lurus, yakni dengan bergerak sedikit ke samping dengan cara apa pun, sehingga serangan itu berlalu tanpa kita mengeluarkan tenaga banyak (hukum ekonomi).

Pengertian-pengertian ilmiah semacam inilah yang membuat ilmu beladiri silat menjadi menarik untuk dipelajari dan diselami, sebab Ilmu Silat sekaligus mengasah kecerdasan kita.

http://mulana.wordpress.com/2010/01/15/manfaat-belajar-silat-2/

MAEN POEKOELAN



“Maen pukulan, kate Guru kite, bukan buat jadi jagoan, bukan juga buat belagu, pental-pentil, maen keprok orang, bukan.....ntu. Belajar maen pukulan gune nye supaye kite sadar ame tanggung jawab yang Alloh kasih ke kite, tanggung jawab buat jage diri, keluarge, bangse dan negare. Maen pukulan kite latih supaye kite sadar kalo dipukul tuh sakit, jadi kite kagak bakal sembarangan jatohin tangan mukul orang, di samping entu, maen pukulan juge warisan orang tue kite yang perlu kite rawat, kite jage..Sebab maen pukulan bagian dari seni budaye leluhur nyang punye nilai tinggi. Belajar maen pukulan juge buat manjangin silaturahmi dan tawadhu’ ke hadirat Alloh SWT”.

GOLOK CINGKRIK





GOLOK CINGKRIK Betawi PS. Cahaya Pusaka Putra Betawi, adalah suatu seni silat/jurus yang berasal dari RAWA BELONG yaitu asal muasalnya JAWARA BETAWI BANG PITOENG yang MELEGENDA dan udeh terkenal di INDONESIA khususnye orang BETAWI. Namun di GOLOK CINGKRIKnye PS. Cahaya Pusaka Putra Betawi di ringkes/diambil hanya intinya saja, dan bukan berarti jurus CINGKRIK yang lainnya kaga di masukin, namun dalam hal ini penulis ingin mengenalkan bahwa PS. Cahaya Pusaka Putra Betawi ada ciri khas dalam hal permainan adapun ciri 1. yaitu 4 ke 5 pancer dan yang ke 2. ciri bunderan segitiga, dan tidak menutup kemungkinan PS. Cingkrik yang lainnya pun mempunyai ke khasan masing-masing dan ciri yang lain. Semoga menambah khasanah SILAT CINGKRIK BETAWI. By. Daryan. Betawi 01-05-2011

Ngarak 2010







Video Palang Pintu Betawi PS. Cahaya Pusaka Putra Betawi Tahun 2010, saat Pernikahan Muhamad Taufan & Nhiya Taufan. Semoga eksistensinye dan kebersamaan serta silaturahminye Temen-temen PS. Cahaya Pusaka Putra Betawi tetep kejage, apa lagi silaturahmi ke Guru Kite bersame Bp. Haji Dumyati (Bang Dudung) selaku Pembina PS. Cahaya Pusaka Putra Betawi, kapan ye kite bisa sama-sama lagi kyk gito, kan keliatan tuh kebersamaannye. Orang yang di sebut JAGO bukan yang bisa ngalahin banyak orang atau pegang banyak pasar, tapi orang yang JAGO adalah orang yang bisa mengendalikan hawa nafsunye sendiri, orang yang gampang sekali nafsu/sedikit-sedikit marah berarti udeh dikendaliin sama iblis/syaithon, makanye kalo orang yang gampang sekali emosi die kaga bisa bedain mana yang salah dan benar, karena sudah tertutup mata hatinye. Buat temen-temen PS. Cahaya Pusaka Putra Betawi, maju terus buktikan bahwa SILAT bukan untuk menjadi seorang JAGOan tapi SILAT untuk belaDIRI dan SILATURAHMI karena SILAT tanpa SILATURAHMI bagai MENULIS DI ATAS AIR. By. Daryan Reborn, Betawi, 01-05-2011